Kamis, 17 September 2015

Mendengar, mencari, ketemu, lalu mendokumentasikan "Tonggeret"

     Tidak jarang rasanya kita mendengar suara Tonggeret di hutan Tapanuli, Sumatera Utara. Ada berbagai macam respon dari si pendengarnya, ada yang melirik sana-sini mencari sumber suara, ada yang takut, terkejut, tutup telinga, tetapi ada banyak juga yang tidak perduli sama sekali. Melihat kondisi ini, tentu ada banyak orang yang sama sekali belum pernah melihat rupa tonggeret tersebut seperti apa, maka dari itu video ini hadir. Selamat menyaksikan!




    Lain lubuk lain ikannya. Masing-masing daerah tentu memiliki sebutan berbeda-beda mengenai serangga ini. Di Tapanuli (Sumatera Utara), banyak yang mengenalnya dengan nama "eor-reor". Sayang sekali sampai saat penulisan ini selesai, saya belum mengetahui dengan pasti nama latin dari serangga yang sepintas terlihat seperti lalat raksasa ini. Sampai disini dulu berbagi info dari Hutan Tapanuli, semoga bermanfaat.
   

Selasa, 08 September 2015

5 hari bersama Amorphophallus titanum, jenis bunga raksasa dari Sumatera


      Share pengalaman kali ini adalah ketika saya dan tim melihat bunga Amorphophallus titanum. Bagi saya ini adalah kesempatan ke-2 saya melihat secara langsung di habitatnya. Lokasi tumbuh yang jaraknya tidak jauh dari basecamp kami membuat ini semua semakin terasa istimewa. Ya, lima hari bersama Amorphophallus titanum si bunga bangkai raksasa dari Sumatera. Bagaimana tidak, setelah diukur bunga ini memiliki tinggi 226 cm.
      Amorphophallus titanum merupakan salah satu jenis bunga bangkai yang secara alami hanya terdapat (endemik) di Sumatera. Dinamakan bunga bangkai karena pada saat bunganya mekar maka akan mengeluarkan bau yang aromanya menyerupai bangkai. Pada kondisi tertentu, bau tersebut masih dapat tercium sampai jarak 200 meter. Bau ini berfungsi untuk menarik serangga/ kumbang penyerbuk bunganya. Di Tapanuli, bunga bangkai raksasa ini disebut atturbung.
      Selanjutnya, langsung lihat foto-foto yok...




      Foto-foto di atas diambil tanggal 1-3 September 2015, sedangkan tanggal 4 September 2015 masih mirip sekali dengan tanggal 3 September 2015, hanya sedikit semakin layu. Pada tanggal 5 September 2015, bagian yang menjulang (spadix atau tongkolnya) sudah rebah.
      Sampai di sini dulu ya informasinya, trimakasih..

Minggu, 06 September 2015

Memotret Bajing (Bangsa Rodentia Suku Sciuridae Anak Suku Sciurinae) di Hutan Tapanuli

       Ketika akan memasuki hutan, biasanya yang ada dibenak kita adalah akan segera melihat pepohonan besar, yang disekitarnya ada binatang besar pula. Binatang-binatang seperti orangutan sumatera, owa wa dan siamang yang sedang bergantungan, rusa yang berlari, kijang, tapir, kambing hutan, dsb, biasanya menjadi objek utama yang ingin dilihat secara langsung di dalam kawasan hutan Tapanuli. Lalu bagaimana bila faktanya kita tidak beruntung karena sudah lama berjalan namun belum menjumpai satu pun dari binatang-binatang tersebut? Jangan putus asa dan berpikir hutan Tapanuli tidak menarik, karena menurut pengalaman saya selalu ada binatang lain yang juga menarik untuk diamati dan difoto, seperti binatang dari anak suku Sciurinae (bajing pohon dan bajing tanah).

Beberapa jenis bajing yang berhasil saya jumpai yaitu:


       Selain memotret, mengamati prilaku bajing-bajing ini juga cukup menyenangkan. Tidak jarang kita bisa lebih cepat mengenali jenis/spesies dari prilaku mereka. Bajing ekor pendek (Sundasciurus lowii) lebih sering berada lebih rendah, seperti di pohon tumbang yang sudah kering. Bajing besar (Ratufa affinis dan Ratufa bicolor), selain mudah dikenali dengan ukurannya yang terbesar dan warna yang cukup berbeda, juga sering bersuara keras dengan nada yang khas.
       Keenam jenis bajing di atas hanya sebagian dari jenis-jenis bajing yang ada di hutan Tapanuli. Kebanggaan tersendiri buat saya karena dapat memotret bajing kerdil (Exilisciurus exilis), jenis bajing yang sulit sekali ditemukan di Sumatera. Ini adalah pengalaman berharga sekaligus yang melatarbelakangi saya membuat tulisan ini.

Satu ini dari family Papilionidae


Tepekong rangkang (Hemiprocne comata)

Minggu, 08 Maret 2015

Boiga nigriceps


     Siang bolong seorang teman berteriak bilang: "ada ular..ada ular..". Teriakan itu bukan lah seperti teriakan seseorang yang sedang ketakutan, melainkan teriakan karena perasaan senang setelah melihat seekor ular yang siap menjadi model/objek untuk difoto. Ular itu baru saja terjatuh dari cabang pohon dari famili Sapotaceae, dari ketinggian sekitar 10 meter di atas lantai hutan. Langsung saya merapat ke tempat kejadian perkara (TKP) dengan kamera ditangan.

     Saya tidak bisa bercerita detail mengenai deskripsi ular Boiga nigriceps, karena bukan keahlian saya, tapi ular ini sangat menarik buat saya karena sudah beberapa kali melihatnya langsung di habitatnya. Boiga nigriceps aktif pada malam hari dan mencari makan di cabang-cabang dan ranting pohon. Makanannya yang saya ketahui adalah katak pohon, kadal dan cicak pohon. Saya menjumpai ular ini di Hutan (harangan) Tapanuli Sumatera Utara, pada ketinggian sekitar 800-1000 m di atas permukaan laut.

     Beberapa kali saya cukup terkejut dengan keberadaan ular ini. Ketika malam hari pernah saya melihat ular ini sedang melintas di tiang-tiang palang atap di pondok tempat saya menginap di dalam hutan, kemudian saya juga pernah menemukan ular ini masih di dalam pondok saya di bawah gulungan kasur tidur, dan juga melihat bekas kulitnya di jemuran pakaian saya. Reaksi pertama saya sudah pasti sangat terkejut, tapi setelah beberapa detik kemudian cukup senang dan langsung mengabadikan fotonya.

Kembali ke cerita awal (di atas), Ular Boiga nigriceps yang terjatuh tadi kembali memanjat pohon terdekat, tentunya setelah beberapa kali pasrah difoto.